Optimalisasi Penggunaan Antibiotik Pada Pneumoni Nosokomial : Applikasi Klinik

Benyamin Margono

Abstract


Mengoptimalkan hasil terapi antibiotik perlu penggunaan yang tepat waktu dan tepat dosis, sedangkan penjabaran terapi antibiotik yang tidak aktif terhadap organisme sasaran, inisiasi terapi yang tertunda, perubahan rejimen yang tidak perlu dapat menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit, peningkatan kematian, lama rawat inap, durasi penggunaan antibiotik, semua mengarah pada peningkatan biaya. Strategi pada infeksi berat adalah terapi dini, empiris, tepat, adekuat, dapat mengurangi kematian sebanyak 50%. Pilih antibiotik yang paling tepat dan tidak menunda penggunaan antibiotik yang tepat sehingga terjadi kematian. Awal pengobatan empiris menggunakan dosis tinggi, antibiotik spektrum luas, kemudian dilakukan penilaian klinis setelah hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas didapat, dilakukan perubahan pemberian antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit (de-eskalasi) untuk meminimalkan resistensi, toksisitas dan biaya. Dianjurkan tidak memulai dengan antibiotik dengan aktifitas dan dosis rendah, kemudian baru melakukan peningkatan ketika efek klinis tidak memuaskan. Antibiotik β-lactam adalah yang paling sering diresepkan pada infeksi, sebesar 54,4% dari semua antibiotik. Aktifitas β-lactam tergantung pada waktu, artinya waktu di atas MIC (T> MIC) sangat penting dalam menentukan terapi yang memadai. Untuk efektivitas klinis: T> MIC adalah> 40% dari interval dosis, sedangkan maksimum untuk dapat membunuh infeksi berat Gram (-) patogen: disarankan T> MIC lebih dari 70%, pemberian obat dengan cara infus kontinyu dimaksudkan untuk mempertahankan kadar tunak pada ≥ 50% sepanjang interval dosis (8-10 x MIC). Infus kontinyu Cefepime dapat dengan cara mengencerkan 3-4 gram cefepime dalam 1 L Dextrose 5% dan diberikan laju aliran konstan. Cefepime memiliki aktivitas antimikroba terhadap spektrum luas Gram (+) dan Gram (-) patogen, juga aktivitas anti pseudomonas. Sehubungan dengan hal tersebut di depan direkomendasikan sebagai monoterapi pada infeksi berat bila diduga Psudomonas aerugenosa terlibat, tetapi bila terbukti infeksi disebabkan Pseudomonas aerugenosa dianjurkan kombinasi, baik Aminoglycosida (Amikin) atau Quinolon (Cipro atau Levofloksasin).

Save to Mendeley


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.33508/jwm.v1i1.844