Nilai Tukar, Uang Beredar dan Laju Inflasi Medio Th. 2001 (studi kasus)

Herman Budi Sasono

Abstract


Krisis moneter yang melanda hampir di semua negara Asia dampaktnya mulal mengguncang perekonomian negara Indonesia sejak bulan Juli 1997, yang gejalanya mulal nampak dengan terdepresiasinya Rupiah terhadap berbagai mata uang asing pada umumnya, US Dolar pada
khususnya. Mata uang Rupiah yang pada satu slsl berkaitan dengan ''Nilai" Rupiah merosot
terus yang salah satu penyebabnya peredaran uang Primer sejak Mei 2000 sebesar Rp 91,1 triliun dan pada Desember 2000 menjadi Rp 125,6 trillun, serta pada sisi yang
lain ''Harga" Rupiah terdepresiasi terhadap semua mata uang asing sehingga harga barang-barang ex impor menjadi mahal yang pada akhimya mendorong harga-harga umum produk-produk domestik. Pertanbahan uang beredar (money supply) tanpa diimbangl pertambahan arus barang (volume of trade) di dalam negeri karena masih lemahnya sektor rill serta sulitnya
pengadaan bahan ex impor di dalam negeri, dibarengi dengan merosotnya harga atau nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing yang menyebabkan langka dan mahalnya komoditas ex impor, maka keduanya akan menjadi variabel yang makin mendorong laju inflasi.

Save to Mendeley


Full Text:

PDF