Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Pendatang Di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia-Malaysia
Abstract
This study on intercultural communication of migrant communities on Sebatik Island on the Indonesia-Malaysia border examines communication practices between Javanese, Bugis, and Timorese migrants. Using a qualitative approach and collecting data from in-depth interviews and participatory observations, the study found that the process of intercultural communication is created through economic and cultural arenas. Communication in the Javanese economic arena with the Bugis can be seen from the businesses carried out together, such as culinary, hospitality, supermarket businesses and at the same time recruiting Javanese and Bugis as employees of their businesses. In the cultural arena, intercultural communication can be seen from the phenomenon of intermarriage which allows the creation of perceptual similarities between them. Communication in the Timorese economic arena with the Bugis is seen in the vegetable business network which is the main source of income for the Timorese and the recruitment of Timorese as assistants in the Bugis household. Communication in the cultural arena between Timorese and Bugis is also seen in terms of mixed marriages as well as between Javanese and Bugis. Through the economic and cultural arena, there is a change in the mindset of some people which has implications for the creation of a more dynamic and harmonious community condition in the context of communication of border communities with various differences in culture, customs, languages, and religions.
ABSTRAK
Studi ini tentang komunikasi antarbudaya masyarakat pendatang di Pulau Sebatik perbatasan Indonesia-Malaysia yang mengkaji praktek komunikasi antara pendatang Jawa, Bugis, dan Timor. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan mengumpulkan data dari hasil wawancara mendalam dan observasi partisipasi, studi ini menemukan bahwa proses komunikasi antarbudaya, tercipta melalui arena ekonomi dan budaya. Komunikasi dalam arena ekonomi orang Jawa dengan Bugis terlihat dari bisnis yang dilakoni secara bersama, misalnya bisnis kuliner, perhotelan, supermarket dan sekaligus merekrut orang Jawa dan Bugis sebagai karyawan dari bisnis mereka. Dalam arena budaya, komunikasi antarbudaya terlihat dari fenomena perkawinan campuran yang memungkinkan terciptanya persamaan persepsi di antara mereka. Adapun komunikasi dalam arena ekonomi orang Timor dengan Bugis terlihat pada jaringan bisnis sayur-sayuran yang menjadi sumber penghasilan utama orang Timor dan perekrutan orang Timor sebagai asisten dalam rumah tangga orang Bugis. Komunikasi dalam arena budaya antara orang Timor dengan Bugis juga terlihat dalam hal perkawinan campuran sebagaimana yang terjadi juga antara orang Jawa dengan Bugis. Melalui arena ekonomi dan budaya, terjadi perubahan pola pikir sebagian masyarakat yang berimplikasi pada terciptanya suatu kondisi masyarakat yang lebih dinamis dan harmonis dalam konteks komunikasi masyarakat perbatasan dengan berbagai perbedaan budaya, adat, Bahasa, dan agama.Save to Mendeley
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adesina, O. S. (2019). Conceptualizing Borders and Borderlands in a Globalizing World. Ajpssi African Journal for the Psychological Study of Social Issues, 22(1), 202–213. https://ssrn.com/abstract=3392706
Al-Gazali, M. Y. I. (2022). Interaksi Sosial Masyarakat Berbeda Agama Dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya Di Kota Tua Ampenan Mataram. Jurnal Ilmiah Global Education, 3(1), 53–59. https://doi.org/10.55681/jige.v4i1.666
Ambarwati, M., & Indriastuti, Y. (2022). Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Rantau Dalam Menghadapi Culture Shock Di Madura. Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Bisnis, 8(1), 9–24. https://doi.org/10.36914/jikb.v8i1.777
Ardila, B. dan A. S. (2022). Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban : Sebuah Pengalaman dari Jambi. Tabayyun, 1(1), 1–18.
A
yuni, P., Hasibuan, A. Z. S., & Suhairi. (2022). Dakwasifa : Journal of Da ’ wah and Communication Dakwasifa : Journal of Da ’ wah and Communication. Dakwasifa: Journal of Da’wah and Communication Volume, 1(1), 1–14. doi: 10.XXXXX/dakwasifa.v1i1.16
Barker, C. (2013). Cultural Studies: Teori dan Praktek (terj.). Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Darmastuti, R. (2013). Mindfullness dalam Komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.
Febiyana, A., & Turistiati, A. T. (2019). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR (Studi Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia). LUGAS Jurnal Komunikasi, 3(1), 33–44. https://doi.org/10.31334/ljk.v3i1.414
Finambello, F., & Suprojo, A. (2019). Analisis Pengaruh Pembangunan Pos Lintas Batas Negara Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Perbatasan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, 8(2), 79–87. www.publikasi.unitri.ac.id
Gudykunst, W. B. (2003). Cross-Cultural and Intercultural Communication. California: Sage publications.
Hidayat, Y. (2013). Hubungan Sosial Antara Etnis Banjar Dan Etnis Madura Di Kota Banjarmasin. KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture, 5(1), 87–92. https://doi.org/10.15294/komunitas.v5i1.2377
Jati, W. R. (2021). Relasi Antar Umat Mayoritas dan Minoritas: Studi Masyarakat Tionghoa di Surabaya. Harmoni, 20(1), 276–292.
Karmilah, S. (2019). Konsep Dan Dinamika Komunikasi Antarbudaya di Indonesia. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 4(1), 41–56. http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JDK/article/view/886%0A
Liliweri, A. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Liliweri, A. (2018). Prasangka, Konflik, dan Komunikasi antarbudaya. Jakarta: Kencana.
Lubis, L. A., Kurniawan, A. J., & Pohan, S. (2020). Komunikasi Antarbudaya dalam Perkawinan Beda Warga Negara. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(1), 75. https://doi.org/10.31315/jik.v18i1.3711
Mukhamdanah, N., & Handayani, R. (2020). Pilihan dan Sikap Bahasa Masyarakat di Perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 9(2), 326. https://doi.org/10.26499/rnh.v9i2.2923
Muni, J. (2019). Governance dan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Perbatasan Timor Leste - Indonesia (Kasus Daerah Encalave Oecusse dengan Nusa Tenggara Timur). Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, 10(2), 116–124.
Nisa, J. (2021). Stereotip dan Prasangka dalam Komunikasi Antarbudaya Muslim Pribumi dan Etnis Cina. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Nur, H. B. M., Mohamed, S. S. B. P., & Rambely, N. A. S. (2021). Hubungan Sosial Mayoritas Islam Dengan Minoritas Agama-Agama Lain Di Kota Banda Aceh-Indonesia. Jurnal Al-Ijtimaiyyah, 7(2), 213. https://doi.org/10.22373/al-ijtimaiyyah.v7i2.11521
Nurhadi, Z. F., Hendrawan, H., & Ayutria, D. F. (2019). Model Komunikasi Antar Budaya Keluarga Mixed Marriage Di Wilayah Budapest-Hungaria. Jurnal ASPIKOM, 3(6), 1140. https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i6.331
Pelly, U. (1989). “Hubungan Antar Kelompok Etnis Beberapa Kerangka Teoritis dalam Kasus Kota Medan”, dalam Interaksi Antarsuku Bangsa Dalam Masyarakat Majemuk. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pijoh, J. E. ., Massie, C. D., & Anis, H. (2022). PROSEDUR HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL PADA KEGIATAN PERDAGANGAN DI KAWASAN PERBATASAN INDONESIA. Lex Administratum, X(1), 168–177.
Prabowo, R. E., & Nurdiati, R. P. (2021). Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Kegiatan Mendongeng di Rumah Dongeng Yogyakarta. Tuturlogi, 02(01), 77–88. https://doi.org/10.21776/ub.tuturlogi.2020.002.01.6
Pugu, M. R. and Y. M. Y. (2019). HUMAN SECURITY FOR BORDER SOCIETY : A CASE STUDY AT WARIS COMMUNITY AT THE BORDERS OF RI - PNG. Asia Pasific Studies, 3(1), 11–24. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33541/japs.v3i1.972
Roshima, R. (2017). Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing dengan Mahasiswa Pribumi. JOM FISIP Vol. 4 No. 01, 4(01), 1–15.
Rudiatin, E. (2012). Integrasi Ekonomi Lokal di Perbatasan (Suatu Kajian Mengenai Ekonomi Masyarakat Desa Aji Kuning Pulau Sebatik-Nunukan Kalimantan Timur, Perbatasan Indonesia-Sabah Malaysia). Universitas Indonesia: Disertasi.
Sabara. (2020). MEMBANGUN SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI AGAMA PADA MASYARAKAT PERBATASAN DI SEBATIK TENGAH. Al-Qalam, 26(2), 221–235. http://www.jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/view/445
Saleh, M. H. (2022). SOCIOCULTURAL OVERVIEW OF THE BUGIS DIASPORA’S RELATIONSHIP WITH THE ORIGINAL POPULATION AT THE INDONESIA-MALAYSIA BORDER (Case Study of Sebatik Island, North Kalimantan Province) (Issue 1). Universitas Hindu.
Saleh, M. H. (2018). Dialogisme Masyarakat Tapal Batas (Relasi Antara Etnis Bugis dan Etnis Lain di Pulau Sebatik Perbatasan Indonesia Malaysia: Perspektif Bakhtin). Universitas Airlangga: Disertasi.
Salim, A. (2006). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi (terj.). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suhartono, & Shalahuddin, A. (2022). Strategi Karakteristik Perbatasan untuk mendukung Optimalisasi Perdagangan Wilayah Perbatasan di Kalimantan Barat. Proceeding, 135–153.
Taus, W. et al. (2022). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara Dengan Districk Oecussie Negara Republic Democratik Timor Leste (NRDTL). Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(1), 118–131.
Toomey, S. T. (1999). Communicating Across Cultures New York: The Guilford Press
Wahyudi. (2017). Implementasi nilai-nilai bela negara masyarakat perbatasan sebagai penguatan dalam menghadapi ancaman proxy war: studi kasus di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Pertahanan & Bela Negara, 7(1), 53–70.
Winarno, K. (2015). Memahami Etnografi Ala Spradley. Smart, 1(2), 257–265. https://doi.org/10.18784/smart.v1i2.256
Yanti, B. V. I., & Muawanah, U. (2020). Dinamika Kesepakatan Perdagangan Lintas Batas Antara Indonesia Dan Malaysia Dan Pengembangan Sentra Kelautan Dan Perikanan Terpadu (Skpt) Sebatik Di Kalimantan Utara. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 10(1), 53. https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i1.8318
DOI: https://doi.org/10.33508/jk.v12i2.5068