Melukis Kembali Penggambaran Citra Gender dalam Media Massa

Sherlynn Yuwono, Fanny Lesmana, Yeremia Tulude Ambat

Abstract


In Netflix’s 'Ice Cold,' which delves into the murder of Jessica by Mirna, she is often praised and forgiven for her beauty. The documentary even states that the killer is a handsome figure. Women seem to be forced to conform to the image of modern women, who should hold feminist paradigms. Digital television content, as one of the mass media platforms, often portrays women as limited to the role of 'subordinates.' The existence of women is frequently reduced solely to their physical dimensions. It is as if advertisements and television programs would feel empty without the presence of women celebrated as objects. This perspective eventually becomes ingrained in the minds of modern women, largely through the influence of mass media, while commercial demands and the race for the highest ratings are the primary reasons why women continue to be used as complementary objects in various media content.This research employs Roland Barthes' Semiotics to explore how religious education, the male gaze, mass media, and societal views interact in shaping the contemporary perception of the female body. Ironically, the excessive use of patriarchal media has made women feel more liberated to express themselves and actualize their potential in various aspects of life. In this context, elements of religious education play a crucial role, as some Abrahamic religious teachings promote gender hierarchies that can influence society's perception of women and result in gender inequality. The concept of the male gaze is also relevant in this analysis, as it refers to how the male perspective dominates the understanding and representation of women in media, often reducing women to objects of male sexual desire. This research can offer valuable insights into the interconnection of these perspectives and women's potential for increased self-expression within patriarchal-dominated environments.

ABSTRAK


Pada film dokumenter 'Ice Cold' di Netflix yang mengulik tentang pembunuhan Jessica oleh Mirna, ia kerap dipuji dan dimaafkan karena parasnya. Dokumenternya pun menyebutkan bahwa sang pembunuh adalah sosok rupawan. Di luar itu, televisi digital sebagai salah satu medium media massa seringkali menggambarkan perempuan sebagai objek yang terbatas dalam peran 'bawahan'. Eksistensi perempuan sering direduksi hanya pada dimensi fisik mereka. Seakan iklan dan tayangan televisi akan terasa hampa tanpa kehadiran perempuan sebagai objek yang dirayakan. Perempuan seolah-olah dipaksa untuk memenuhi citra perempuan modern yang seharusnya memegang paradigma feminis. Pandangan ini akhirnya tertanam dalam pikiran perempuan modern, sebagian besar melalui pengaruh media massa, sementara tuntutan komersialisme dan perlombaan untuk mendapatkan rating tertinggi menjadi alasan utama mengapa perempuan terus dijadikan objek pelengkap dalam berbagai konten media. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Semiotika Roland Barthes, menggunakan denotasi, konotasi, serta mitos untuk memahami interaksi kompleks antara unsur didikan agama, ‘male gaze’, dan pengaruh media massa serta dampaknya terhadap persepsi tubuh perempuan dalam masyarakat modern. Ironisnya, penggunaan berlebihan oleh media patriarki telah membuat perempuan merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri dan mengaktualisasikan potensi mereka di berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks ini, unsur didikan agama memainkan peran penting, karena beberapa ajaran agama Abrahamik mengajarkan hierarki gender, yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap perempuan dan menimbulkan ketidaksetaraan gender. Konsep ‘male gaze’ juga relevan dalam analisis ini, karena mengacu pada cara pandangan laki-laki mendominasi pemahaman dan representasi perempuan dalam media, sering kali mengurangi perempuan menjadi objek hasrat seksual laki-laki. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana pandangan-pandangan ini berkaitan dan bagaimana perempuan dapat lebih leluasa mengekspresikan diri dalam lingkungan yang seringkali didominasi oleh norma-norma patriarki.


Save to Mendeley


Keywords


Media massa; Gender; Semiotika; Religiusitas; Representasi

Full Text:

PDF

References


Abdullah, I. (2003). Sangkaan Peran Gender. Pustaka Pelajar.

Astuti, Y. D. (2016). Media dan Gender (Studi Deskriptif Representasi Stereotipe Perempuan dalam Iklan di Televisi Swasta. Profetik Jurnal Komunikasi, 09(2), 25–32.

Conway, J. K. (1987). The Concept of Gender. Daedalus, 116(4).

Cuklanz, L. (2016). Feminist Theory in Communication. John Wiley & Sons Inc.

Berger, P., & Luckmann, T. (1991). The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. Penguin Books.

Danesi, M. (2012). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Jalasutra.

De Beauvoir, S. (1987). The Second Sex. Trans: H.M Parshley.

Dihni, V. A. (2021). Ketimpangan Gender Indonesia Tertinggi di ASEAN, Singapura Terendah. https://databoks.katadata.co.id/

Eisenchlas, S. A. (2013). Gender roles and expectations: Any changes online? SAGE Open.

Fakih, M. (2001). Analisis gender dan transformasi sosial. Pustaka Pelajar.

Grifin et al. (2023). A First Look at Communication Theory 11th Ed. McGraw-Hill Education.

Halim, S. (2017). SEMIOTIKA DOKUMENTER: Membongkar Dekonstruksi Mitos dalam Media Dokumenter. Deepublish.

Indramayapanna, R. (2022). Komunikasi Antar Agama Dalam Keluarga Harmonis: Memahami Perbedaan dan Navigasi Konflik, Sebuah Kajian Pustaka. Journal Of Scientech Research And Development, 4(1), 139–148.

Jose, A. (2017). Male and Female Gaze in Bollywood Films. An International Refereed/Peer- Reviewed English e-Journal, 3(4), 53–59. https://doi.org/www.TLHjournal.com

Kellner, D. (1996). Media and Culture: Cultural studies, identity and politik between the modern and the postmodern. Routledge.

McQuail, D. (2000). McQuail Mass Communication Theory 4th Edition. Sage Publication.

Mulvey, L. (1989). Visual and Other Pleasures. Journal of Beckett Studies, Vol. 4(1), 151. https://doi.org/10.3366/jobs.1994.4.1.16

Nussbaum, M. C. (1995). Objectification. Philosophy & Public Affairs, 24(4), 249–291.

Porter, R. E., & Samovar, L. A. (2001). Suatu Pendekatan terhadap Komunikasai Antar Budaya. In D. Mulyana (Ed.), Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya (6th ed., pp. 11–34). PT Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, H. A., & Wiyanti, E. (2017). Representasi Kesetaraan Gender dalam Iklan (Tinjauan Semiotika Citra Laki-Laki dalam Keluarga pada Iklan Televisi). Jurnal Desain, 4(3), 212–230.

Puspitawati, H. (2013). Konsep, Teori, dan Analisis Gender. PT. IPB Press.

Smelik, A. (n.d.). Feminist Film Theory. The Wiley Blackwell Encyclopedia of Gender and Sexuality Studies, September, 1–5.

Stoller, R. J. (2019). Sex and Gender: The Development of Masculinity and Femininity. Routledge.

Worotitjan, H. G. (2014). Konstruksi Kecantikan Dalam Iklan Kosmetik Wardah. Jurnal E-Komunikasi, 2(2), 1–10. http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/1787

Zuhri, S., & Amalia, D. (2022). Ketidakadilan Gender dan Budaya Patriarki di Kehidupan Masyarakat Indonesia. Murabbi : Jurnal Ilmiah Dalam Bidang Pendidikan, 05(01).




DOI: https://doi.org/10.33508/jk.v13i1.5144