SUMBANGAN INTERNALISME DAN EKSTERNALISME DALAM KONSEP KETUHANAN
Abstract
Abstract
Internalism and externalism are closely related to the issue of knowledge justification. There are fundamental differences between the two streams in the epistemology. However, both agree that to be true, knowledge must be justified. For internalism, this justification is sufficient from within: if it is based on memory, conclusions on various opinions and sensory perceptions of the subject of the knower have rational and reasonable justifications, then the conclusion is true. While for externalism, justification must take into account the validity of the process of achieving knowledge so that the environment, history and social context associated with that knowledge must be taken into account in determining the truth of a conclusion.
This paper will try to answer the following questions: Related to the internalism-externalism debate, how can theology be classified? Is it true that theology falls into the category of internalism because God, the object of knowledge in theology, is something that has never been encountered by anyone, cannot be sensed and cannot be objectified? What are the implications of this classification of theology for theology itself? How does this debate make a special contribution to theology?
Key Words: Epistemology, Internalism, Externalism, Theodicy.
Abstrak
Internalisme dan eksternalisme terkait erat dengan persoalan justifikasi pengetahuan. Tedapat perbedaan mendasar atas kedua aliran dalam epistemology tersebut. Meskipun demikian, keduanya sepakat bahwa untuk menjadi benar, suatu pengetahuan harus dijustifikasi. Bagi internalisme, justifikasi ini cukup dari dalam diri saja: bila berdasarkan pada ingatan, kesimpulan atas berbagai pendapat dan pencerapan inderawi subjek penahu memiliki justifikasi rasional dan masuk akal, berarti kesimpulan itu benar. Sementara bagi eksternalisme, justifikasi harus memperhitungkan sahihnya proses pencapaian pengetahuan sehingga, lingkungan, sejarah dan konteks sosial yang terkait dengan pengetahuan tersebut harus diperhitungkan dalam menentukan kebenaran suatu kesimpulan.
Tulisan ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan berikut: Terkait dengan perdebatan internalisme-eksternalisme, bagaimana teologi mau diklasifikasikan? Benarkah teologi masuk dalam kategori internalisme karena Tuhan, objek pengetahuan dalam teologi itu adalah sesuatu yang tidak pernah ditemui oleh siapapun, tidak bisa diindera dan tidak bisa diobjekkan? Apa implikasi penggolongan teologi ini bagi teologi itu sendiri? Bagaimana perdebatan ini memberi sumbangan khusus bagi teologi?
Kata Kunci: Epistemologi, Internalisme, Eksternalisme, Teodicy
Full Text:
PDFReferences
Byrne, Peter dan Leslie Houlden (ed.), Companion Encyclopedia of Theology, London: Routledge, 1995
Krispurwana Cahyadi, T., Yohanes Paulus II: Gereja, Teologi dan Kehidupan, Jakarta: Penerbit Obor, 2007
Ohara, Shelley, Kierkegaard, Within Your Grasp, Hoboken: Wiley Publishing Inc., 2004
Steup, Mattias dan Ernest Sosa (ed.), Contemporary Debates in Epistemology, Oxford: Blackwell, 2005
Sudarminta, J., Epistemologi Dasar, Yogyakarta: Kanisius 2002
Wolfe, David L., Epistemology: The Justification of Belief, Ontario: InterVarsity Press, 1982
DOI: https://doi.org/10.33508/arete.v8i1.4286
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.