Aktivitas Sitotoksik Ekstrak n-Heksana, Diklorometana, dan Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap Sel Kanker Leher Rahim (HeLa)
Abstract
Eksplorasi agen kemopreventif kanker masih terus dikembangkan, terutama yang berasal dari bahan alam. Hal
ini didasari oleh keinginan untuk menekan angka kematian akibat kanker dan mengurangi efek samping yang
ditimbulkan oleh terapi kanker yang saat ini digunakan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik
daun beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap sel kanker leher rahim yang merupakan kanker ginekologi peringkat
pertama yang menyerang wanita. Aktivitas sitotoksik dilakukan terhadap ekstrak n-heksana, diklorometana, dan
metanol daun beluntas terhadap sel HeLa dengan metode perhitungan langsung menggunakan bantuan perwarna
trypan blue. Nilai IC50 dari ketiga ekstrak daun beluntas berturut turut adalah 18,06 ?g/ml, 74,56 ?g/ml, dan 31,21
?g/ml. Ketiganya memberikan perbedaan yang signifikan. Ketiga ekstrak yang diuji memiliki aktivitas sitotoksik
dan dapat dikembangkan sebagai kandidat agen kemopreventif kanker. Namun masih perlu diteliti lebih lanjut
bagaimana mekanisme aksi yang menjadi perantara aktivitas sitotoksik tersebut.
ini didasari oleh keinginan untuk menekan angka kematian akibat kanker dan mengurangi efek samping yang
ditimbulkan oleh terapi kanker yang saat ini digunakan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik
daun beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap sel kanker leher rahim yang merupakan kanker ginekologi peringkat
pertama yang menyerang wanita. Aktivitas sitotoksik dilakukan terhadap ekstrak n-heksana, diklorometana, dan
metanol daun beluntas terhadap sel HeLa dengan metode perhitungan langsung menggunakan bantuan perwarna
trypan blue. Nilai IC50 dari ketiga ekstrak daun beluntas berturut turut adalah 18,06 ?g/ml, 74,56 ?g/ml, dan 31,21
?g/ml. Ketiganya memberikan perbedaan yang signifikan. Ketiga ekstrak yang diuji memiliki aktivitas sitotoksik
dan dapat dikembangkan sebagai kandidat agen kemopreventif kanker. Namun masih perlu diteliti lebih lanjut
bagaimana mekanisme aksi yang menjadi perantara aktivitas sitotoksik tersebut.
Full Text:
PDF 41-45DOI: https://doi.org/10.33508/jfst.v2i1.810
Copyright (c) 2022
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License