Memahami Konsepsi “Kafir” pada Organisasi Keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di Media Sosial

Abdul Wahid, Fariza Yuniar Rakhmawati, Nia Ashton Destrity

Abstract


Radikalisme muncul dan berkembang di latar sosial berbeda. Di Asia, radikalisme muncul dalam bentuk identitas kelompok agama seperti ekstrem Buddha di Myanmar, ekstrem Hindu di India, dan militan Muslim di Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia. Pada perkembangannya, radikalisme mewujud dalam bentuk pelabelan seperti “kafir” yang membawa konsekuensi pada diskriminasi, terutama pada kelompok non-muslim. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah juga mengambil peran dalam penggunaan istilah ini. Riset ini berupaya untuk mengungkap konstruksi “kafir” oleh media di organisasi keagamaan melalui pendekatan semiotika struktural Saussure. Hasil riset menunjukkan bahwa organisasi Islam NU dan Muhammadiyah memiliki konstruksi berbeda terhadap istilah “kafir”. NU menyepakati bahwa terdapat dua konteks yang berbeda dalam penggunaan istilah “kafir”, yaitu dalam konteks keimanan (agama) dan konteks bernegara. NU merekomendasikan untuk menghilangkan penggunaan istilah “kafir” bagi non-muslim dan menggantinya dengan istilah muwathinun (warga negara) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbeda dengan NU, Muhammadiyah menekankan bahwa penggunaan istilah “kafir” memiliki kecenderungan merujuk kepada non-muslim. Istilah “kafir” tidak boleh dihilangkan dalam ajaran Islam, namun penyebutan “kafir” perlu digunakan secara bijak. Komunikasi menjadi perantara sentral dalam diskursus tentang politik identitas di Indonesia.

Save to Mendeley


Keywords


kafir; media sosial; Muhammadiyah; Nahdlatul Ulama, radikalisme

Full Text:

PDF

References


Adam, A. (2017, January 13). Intoleransi Masih Tinggi, Terbanyak di Jawa Barat - Tirto.ID. Retrieved from https://tirto.id/intoleransi-masih-tinggi-terbanyak-di-jawa-barat-cgSE

Ahmad, Amar. (2013). Perkembangan Media Online dan Fenomena Disinformasi (Analisis pada Sejumlah Situs Islam). Jurnal Pekommas, (Volume 16, No.3): 177-186.

Ahyar, M. (2017). Islamic Clicktivism: Internet, Democracy and Contemporary Islamist Activism in Surakarta. Studia Islamika, Vol. 24, No. 3, 2017 DOI: 10.15408/sdi.v24i3.4859

Ali, M. S. (2017). Sejarah Singkat Nahdlatul Ulama - Islami[dot]co. Retrieved March 17, 2019, from https://islami.co/sejarah-singkat-nahdlatul-ulama/

Carr, C. T., & Hayes, R. A. (2015). Social Media: Defining, Developing, and Divining. Atlantic Journal of Communication, 23(1), 46–65. https://doi.org/10.1080/15456870.2015.972282

Chandler, Daniel. (2002). Semiotics: The Basics. New York: Routledge.

Croteau, David dan William Hoynes. (2000). Media/ Society: Industries, Images and Audiences. California: Pine Forge Press.

Kriyantono, R. (2014). Teori public relations perspektif barat dan lokal: Aplikasi riset & praktis. Jakarta: Prenada

LIPI. (2018). LIPI Ungkap Fenomena Sosial Intoleransi dan Radikalisme. Retrieved April 15, 2019, from http://lipi.go.id/siaranpress/lipi-ungkap-fenomena-sosial-intoleransi-dan-radikalisme/21357

Lister Martin dkk. (2009). New Media: a Critical Introduction, 2nd edition. London: Routledge.

Littlejohn, S., & Foss, K. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. (S. W. Littlejohn & K. A. Foss, Eds.). Los Angeles, Calif: Sage. https://doi.org/10.4135/9781412959384

Maarif, A. S. (2006). Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara: Studi tentang Perdebatan dalam Konstituante. Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia.

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah | Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (1997). Retrieved March 17, 2019, from http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-175-det-matan-keyakinan-dan-citacita-hidup.html

Maulana, D. (2017). The Exclusivism of Religion Teachers: Intolerance and Radicalism in Indonesian Public Schools. Studia Islamika, Vol. 24, No. 2, 2017. DOI: 10.15408/sdi.v24i2.5707

McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Milenial “mudah” terpapar radikalisme karena situs organisasi Islam moderat “kalah renyah”? - BBC News Indonesia. (2019). Retrieved April 14, 2019, from https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47308385

Muhammadiyah. (2019). Terkait Polemik Penghapusan Istilah Kafir, Berikut Tanggapan Din Syamsuddin - Berita | Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Retrieved April 15, 2019, from http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-16100-detail-terkait-polemik-penghapusan-istilah-kafir-berikut-tanggapan-din-syamsuddin.html

NU Online | Suara Nahdlatul Ulama. (2015). Retrieved March 17, 2019, from http://www.nu.or.id/about/paham+keagamaan

Rachman, D. A. (2019, March 31). Setara Institute: 2018, 202 Pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Terjadi Halaman all - Kompas.com. Retrieved from https://nasional.kompas.com/read/2019/03/31/16014091/setara-institute-2018-202-pelanggaran-kebebasan-beragama-dan-berkeyakinan?page=all

Raditya, I. N. (2019). Sejarah Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) 1926-2019 - Tirto.ID. Retrieved March 17, 2019, from https://tirto.id/sejarah-hari-lahir-nahdlatul-ulama--nu--1926-2019-dfwj

Saroh, M. (2017). Survei: Pesan Intoleransi Bertebaran di Media Sosial - Tirto.ID. Retrieved April 14, 2019, from https://tirto.id/survei-pesan-intoleransi-bertebaran-di-media-sosial-cfeY

Saussure, F. (1959). Course in General Linguistics. N.Y.: McGraw Hill.

Straubhaaar, Joseph, Robert LaRose dan Lucinda Davenport. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture and Technology (Seventh Edition). Boston: Wadsworth.

Strozier, R. (2012). Saussure, Derrida, and the Metaphysics of Subjectivity. Berlin, Boston: De Gruyter Mouton. Retrieved 01 Feb. 2020, from https://www.degruyter.com

Suaedy, A. (2009). Perspektif Pesantren: Islam Indonesia Gerakan Sosial Baru Demokratisasi. (A. M. Dja’far, Ed.). Jakarta: The Wahid Institute.

Tanjung, A., & Muiz. (2019). Indonesia Beranekaragam, Islam Harus Jadi Rahmatan lil Alamin | NU Online. Retrieved March 17, 2019, from http://www.nu.or.id/post/read/103633/indonesia-beranekaragam-islam-harus-jadi-rahmatan-lil-alamin-

Treem, J. W., & Leonardi, P. M. (2013). Social Media Use in Organizations: Exploring the Affordances of Visibility, Editability, Persistence, and Association. Annals of the International Communication Association, 36(1), 143–189. https://doi.org/10.1080/23808985.2013.11679130

Van Bruinessen, M. (2002). Genealogies of Islamic radicalism in post-Suharto Indonesia. South East Asia Research, 10 (2), 117-154.

Vedi R. Hadiz (2008): Towards a Sociological Understanding of Islamic Radicalism in Indonesia, Journal of Contemporary Asia, 38:4, 638-647

Wahid, A. Destitry, N.A., Rakhmawati, F.Y. (2020). Radikalisme Di Media Sosial: Penyebutan Dan Konteks Sosial Penggunaannya. Jurnal InterAct, 9(1).

Wahid, A. (2020). Persepsi “Kafir” pada Muslim dan Non-Muslim: Konteks, Penggunaan, dan Komunikasi Partisipatif. Tuturlogi: Journal of Southeast Asian Communication, 1(2), 79-92. Retrieved from https://tuturlogi.ub.ac.id/index.php/tuturlogi/article/view/39




DOI: https://doi.org/10.33508/jk.v9i2.2371